HATIKU
SELEMBAR DAUN
Karya:
Sapardi Djoko Damono
Hatiku
selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti
dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini
Ada
yang masih inginku pandang
yang
selama ini senantiasa luput
Sesaat
adalah abadi
sebelum
kau sapu taman setiap pagi
- Struktur Lahir
- Diksi
Diksi
atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan
maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242). Dalam puisi ini penyair
memilih kata-kata yang agak mudah dipahami oleh pembaca sehingga
pembaca tidak terlalu sulit dalam mengetahui maksud dari puisi ini.
- Imaji (Citraan)
Pengimajian
atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan
dalam benak pembaca. Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji
penglihatan, terlihat pada bait ke tiga “ada yang masih ingin ku
pandang yang selama ini senantiasa luput”
- Kata kongkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambing. Missal
kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll.
Sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. Dalam hal ini berwujud
pada bait pertama yaitu “hatiku selembar daundan melayang jatuh di
rumput”, kata kongkret: “selembar daun” dan “rumput”.
- Majas
Dalam
puisi ini penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, terlihat
pada bait pertama yaitu “hatiku selembar daun melayang jatuh di
rumput”
- Rima dan Irama
Rima
adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak
maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur
penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi
tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait.
Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam
mengapresiasikan puisinya.
Dalam
puisi ini penyair menggunakan rima ab-ab dan menggunakan irama yang
menunjukan penyelesaian.
Hatiku
selembar daun melayang jatuh di rumput (a)
Nanti
dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini (b)
Ada
yang masih ingin ku pandang yang selama ini senantiasa luput (a)
Sesaat
adalah abadi sebelum kau sapu temanmu setiap pagi (b)
- Struktur Batin
- Tema
Herman
J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Dalam puisi ini
penyair mengangkat tema tentang keagamaan yaitu orang yang telah lupa
akan kewajiban untuk beribadah. Terlihat pada bait terakhir yaitu
“sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi”.
- Rasa
Dalam
puisi ini penyair merasakan penderitaan akibat ulahnya sendiri. Ia
telah lupa akan kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Sehingga ia
mengalami sakaratul maut yang sangat sulit.
- Nada
Penyair
menuangkan pendertaan yang dialami kepada pembaca dengan nada
penyesalan karena telah menyia-nyiakan waktunya dengan berbuat dosa
dan lupa akan kewajiban untuk beribadah kepada Allah.
- Suasana
Suasana
yang dirasakan dalam puisi ini adalah rasa sedih dan haru karena
adanya suatu penyelesaian yang disampaikan oleh sang penyair.
- Amanah
Pengarang
mengingatkan kepada pembaca akan kencilnya manusia di mata Allah.
Oleh karena itu pengarang berpesan kepada pembaca untuk menggunakan
waktu sebaik mungkin di dunia ini, bersyukur apabila mendapatkan
rahmat dari Allah dan selalu beribadah dan berbuat baik sebelum ajal
menjemput.
TAK ADA ARTINYA
Karya:
Afrizal
Gema
suaranya kembali lagi membuat dinding bunyi
Dari
suaranya
Berdiri
melingkar
Di
depan bulatan penuh perangkap waktu
Jari-jari
yang menggenggam tikus
Dan
perangkapnya di belakang membuat makan malam
Seperti
bayangan yang meninggalkan betuknya
Memecah,
tertawa, kisah-kisah perang yang
Dimuntahkan
kembali dari ketakutannya
Cermin
yang menjadi buta ketika melihat
Diding
di dalamnya
Dan
selembar rambut di atas koran pagi
Air
yang menyebrang di atas jembatan
Melintasi
sungai
Melintasi
tetesannya
Tanpa
prasangka di hadapan daun kering yang
Menyimpan
gema dari
Hutannya
- Diksi
Diksi
atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan
maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242). Dalam puisi “Tak Ada
Artinya” karya Afrizal, penyair menggunakan kata-kata yang
ambiguitas sehingga pembaca mengalami kesulitan dalam memahami puisi
ini.
- Pengimajian
Pengimajian
atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan
dalam benak pembaca. Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji
pendengaran, terlihat dari bait pertama dan “Gema suaranya kembali
lagi membuat dinding bunyi”.
- Majas
Majas
adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian
penyair.
Majas
dalam puisi “Tak Ada Artinya”
- Majas Personifikasi. Personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret. Majas personifikasi dalam puisi ini terdapat pada kalimat “Cermin yang menjadi buta ketika melihat”. Kalimat ini dikatakan memiliki majas personifikasi karena kata “cermin” yang memiliki sifat seperti manusia yaitu melihat, padahal yang dapat melihat hanyalah mahluk hidup.
- Majas Persamaan atau Simile. Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, artinya ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya. Persamaan atau simile dalam puisi di atas terdapat pada kalimat “Dan perangkapnya di belakang membuat makan malam Seperti bayangan yang meninggalkan betuknya”. Pada kalimat itu terdapat kata “seperti” yang menjadi ciri majas perbandingan.
- Rima
Rima
adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak
maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur
penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi
tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait.
Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris. Rima pada puisi “Tak
Ada Arti” terdapat pada bait ke 14 dan 15. Bukti: “Melintasi
sungai” dengan “Melintasi tetesannya”.
Perbandingan
Puisi “Hatiku Selembar Daun” Karya Sapardi Djoko Damono dengan
Puisi “Tak Ada Artinya” Karya Afrizal
|
No.
|
Hatiku
Selembar Daun
|
Tak
Ada Artinya
|
|
1.
|
Diksi
|
Diksi
|
|
|
Sedangkan
pada puisi “Hatiku Selembar Daun” menggunakan kata-kata yang
mudah untuk dipahami pembaca
|
Diksi
atau pilihan kata dalam puisi “Tak Ada Artinya” menggunakan
kata-kata yang sulit untuk dipahami
|
|
2.
|
Imaji
|
Imaji
|
|
|
Puisi
ini menggunakan imaji penglihatan
|
Imaji
pendengaran
|
|
3.
|
Majas
|
Majas
|
|
|
Puisi
“Hatiku Selembar Daun” menggunakan majas personifikasi
|
Sedangkan
puisi “Tak Ada Artinya” menggunakan majas personifikasi dan
majas persamaan atau simile
|